watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

SEBUAH KEPERAWANAN

Ahh.., saya menjatuhkan tubuh saya di sofa
baru di apartmen yang berlokasi di pusat kota
Amsterdam. Jam menunjukkan pukul 17.00, dari
jendela saya memperhatikan pohon yang di
tumbuh di depan apartemen, di tepi kanal yang
banyak dilalui turis asing. Terlihat hanya sehelai
daun yang masih tersisa di batang pohon
tersebut yang menandakan musim dingin telah
tiba.
Dengan perasaan malas saya bangun dan
menyalakan radio. Dari channel Sky Radio (Radio
terbaik di negeri Kincir Angin) terdengar lagu I
turn to you dari Melanie C. Karena lapar, saya
mencari snack di dapur dan saya menemukan
potato chips kesukaan saya.
Sambil mengunyah chips tersebut, melanjutkan
lamunan saya dengan memperhatikan lalu lalang
perahu di kanal depan. Sedang asyik-asyiknya
melamun dari radio terdengar lagu, All my bags
are pack, I am ready to go, Im standing here
outside your door, I hate to wake you up to say
goodbye. But the dawn is breaking, its early
morning. The taxis waiting, hes blowing his
horn, Already Im so lonesome I could cry. So
kiss me and smile for me, Tell me that youll wait
for me hold me like youll never let me go. Cause
im leavin on a jet plane, Dont know when Ill be
back again. Oh, babe, I hate to go. Theres so
many time Ive let you down, So many times Ive
played around. I tell you now, they dont mean a
thing
Lagu dari John Denver yang berjudul Leaving on
the Jet Plane membuat mata saya berkaca-kaca
dan bibir saya terasa kelu, dengan tatapan
hampa pikiran saya melayang jauh.
Jakarta, Mei 1999
Dengan lunglai saya meletakkan HP saya di
meja. Saya baru saja menerima telepon dari
pacar saya yang bernama Yenny. Dia akan
datang minggu depan! Biasanya saya akan
berbahagia sekali kalau dia datang. Tetapi kali ini
berbeda, semuanya sudah berubah.
Krisis ekonomi menghancurkan masa depan
saya. Di awal tahun 2000, saya bermain saham
yang memberikan keuntungan luar biasa.
Dengan modal sekitar 200 juta dan pinjaman
dari bank (margin trading) sekitar 400 juta, saya
bisa mendapatkan sekitar 20 juta perbulan.
Semuanya terasa indah, saat itu makan di hotel
berbintang terbaik di Jakarta dan nongkrong di
mana saja bukanlah masalah bagi saya.
Ketika harga saham terpuruk karena krisis,
kemewahan yang saya nikmati berakhir. Dengan
nilai saham uang terpuruk hingga 10%, bisa
dibayangkan kerugian yang saya alami. Saya
memerlukan sekitar 15 juta perbulan hanya
untuk membayar bunga pinjaman tersebut.
Akhirnya saya menjual rumah dan mobil saya
untuk menutup kerugian tersebut. Semua jerih
payah dan tabungan saya sejak tahun 1995
habis tanpa sisa.
Hidup saya hanya mengandalkan gaji dari
pekerjaan saya yang tidak terlalu besar. Tetapi
minggu lalu saya menerima kabar bahwa bank
tempat saya bekerja termasuk salah satu bank
yang akan dilikuidasi. Dunia terasa begitu gelap
dan kejam.
Dengan kondisi tersebut bagaimana saya
mempunyai muka untuk bertemu Yenny?
Sebagai informasi saat itu saya berumur 26
tahun dan Yenny berumur 23 tahun. Kita sudah
pacaran sekitar 3 tahun. Saya bekerja di Jakarta
dan Yenny yang lulusan diploma Australia
membantu papanya di Medan. Mereka adalah
keluarga yang cukup terkemuka di kota Medan.
Sebelumnya saya merasa minder dengan
kondisi saya, apalagi sekarang saat saya sudah
tidak mempunyai apa-apa lagi.
Saya ingat kalau kita jadian di tahun 1996 dan
sehari sebelum keberangkatan saya ke Jakarta,
kita bernyanyi berdua di karaoke di kota Medan.
Kita mengulang lagu Leaving on the Jet Plane
berkali-kali. Saya bilang kepadanya: Every place I
go, Ill think of you Every song i sing, ill sing for
you when I come back, Ill bring your wedding
ring..
Saat itu saya berjanji kepadanya bahwa saya
akan setia, akan membangun karir dan tiba
saatnya saya akan meminangnya.
Akhirnya di hari Jumat, Yenny tiba di Jakarta.
Dengan mobil pinjaman, saya menjemput dia di
bandara Soekarno Hatta. Dia terlihat begitu
anggun saat keluar dari bandara. Dengan jeans
warna hitam dan kaos ketat berwarna biru tua,
dia terlihat sangat cantik. Tinggi badan Yenny
sekitar 170 cm dengan berat 55 kg, sangat
proporsional. Saya sendiri setinggi 175 cm dan
berat 65 kg. Sering dia bercanda bahwa dia tidak
bisa memakai sepatu hak tinggi karena akan lebih
tinggi dari saya.
Saya mengantarkan dia ke rumah kakeknya di
kompleks Pantai Mutiara. Berhubung di rumah
kakeknya sedang ramai, saya cuma duduk
sebentar kemudian saya pamit. Sebelumnya kita
sudah janjian bahwa besoknya kita akan ke
Bandung. Saya sendiri kuliah di Bandung, jadi
sudah mengenal kota Bandung dengan segala
seluk-beluknya.
Hari Sabtu pagi, jam 10 pagi saya sudah nongol
di rumah kakek Yenny. Setelah basa-basi,
berangkatlah kita menuju kota Bandung. Pagi itu
Yenny memakai jeans berwarna biru dan kaos
ketat berwarna putih. Cetakan buah dadanya
begitu menantang, memang Yenny dikarunia
buah dada yang montok, sekitar 34C. Tetapi
saya sendiri lagi murung. Saya sedang
memikirkan bagaimana caranya untuk
menceritakan kondisi saya pada Yenny.
Perjalanan ke Bandung memakan waktu sekitar 3
jam, dalam perjalanan Yenny bercerita bahwa
papanya sudah menginginkannya untuk married
dan dia menanyakan rencana saya. Saya cuma
terdiam, tanpa apa-apa bisakah saya married?
Tetapi untuk mengaku, bibir saya terasa berat.
Sekitar jam 2 siang, kita check in di hotel Chedi
yang berlokasi di Jalan Cimbuleuit (melewati
kampus Unpar). Bagi yang tahu hotel ini pasti
sependapat dengan saya kalau saya bilang ini
merupakan salah satu hotel yang paling
romantis di Indonesia, betul khan? Kita hanya
memesan satu kamar, sebelumnya memang
kami sering tidur sekamar. Cuma sampai saat ini
kita belum pernah berhubungan seks, cuma
saling berciuman dan saling meremas apa saja
yang bisa diremas. Saya berasal dari keluarga
yang cukup kolot, dan walaupun sering
bertualang saya mengharapkan keperawanan di
malam pernikahan saya (egois ya?).
Siang itu kita jalan-jalan ke Cihampelas dan BIP.
Malam jam 10 saya mengarahkan mobil saya
menuju Calista yang berlokasi di Dago Atas.
Setelah melalui jalanan yang gelap dan melewati
kompleks perumahan, tibalah kita di caf Calista
dengan pemandangannya yang menakjubkan.
Dari sini kita bisa melihat kota Bandung dengan
keindahan lampunya. Luar biasa.., saya sulit
menemukan kata-kata yang tepat untuk
menceritakan perasaan saya. Di depan caf,
terdapat beberapa mahasiswi dari Unpar yang
mengumpulkan dana dengan berjualan bunga
ros. Saya membeli 12 ros dan memberikannya
ke Yenny. Dia tersenyum senang.
Kita memilih tempat duduk di ujung, yang bisa
melihat langsung ke indahnya lampu di kota
Bandung. Kami makan sambil ngobrol, saya
membelai tangan dan meremas jarinya. Dia
banyak menceritakan kesuksesan bisnis
keluarganya, sedangkan saya cuma
mendengarkan.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan jam 12
malam, dan kita sepakat untuk pulang. Saya
merangkul dia karena dia sedikit menggigil oleh
dinginnya angin malam. Badannya terasa
hangat.
Tiba di kamar hotel, saya langsung
melemparkan tubuh saya ke kasur. Capek juga
setelah seharian mutar-mutar kota Bandung.
Yenny juga membaringkan tubuhnya di sebelah
saya. Saya merangkulnya, entah siapa yang
memulai, bibir kami sudah bertautan. Kita
bergantian menjulurkan dan mengisap lidah.
Cukup lama kita berciuman, kemudian ciuman
saya beralih ke hidungnya, matanya, keningnya
dan lehernya yang jenjang. Yenny memeluk
saya dengan erat.
Tangan saya sudah beralih ke buah dadanya
yang saya remas secara lembut. Terdengar dia
mendesah. Ciuman saya terus berlanjut sambil
tangan saya mencari-cari puting susunya. Dada
saya berdegup kencang dan tangan saya terasa
dingin. Akhirnya saya memberanikan diri untuk
memasukkan tangan saya ke dalam kaosnya.
Terasa oleh tangan saya kulit di perutnya yang
halus. Dengan menarik branya ke bawah, jari
tangan saya beralih ke buah dadanya yang
montok. Terasa lembut dan saya elus buah
dadanya dengan gerakan melingkar. Semakin
lama semakin ke puncak, akhirnya tiba di puting
susunya yang saya putar secara perlahan
dengan jari saya.
Ahh.., Terdengar nafas Yenny yang kian
memburu. Kemudian kaosnya saya tarik ke atas.
Terlihat buah dadanya yang sangat putih dan
montok. Di ujungnya terlihat puting susunya
yang berwarna merah muda. Saya menelan
ludah, kemudian mengarahkan ciuman saya ke
perutnya lalu naik ke puting susunya. Saat itu
Yenny meronta-ronta seperti cacing kepanasan.
Dia merangkul leher saya dan rangkulannya
semakin erat. Tiba-tiba dia melepaskan
rangkulannya dan tangannya beralih ke celana
saya. Dia mengelus kemaluan saya yang sudah
tegang sejak tadi.
Sementara waktu terus beranjak, dinginnya
udara kota Bandung tidak kita hiraukan lagi.
Dengan cepat saya membuka kaos dan celana
saya berikut celana dalam saya. Saat saya sudah
bertelanjang bulat, Yenny tidak berani
memandang ke arah kemaluan saya.
Kemudian saya membantu dia membuka kaos
dan celananya. Dalam sekejap dua insan
manusia sudah berada dalam kondisi polos
tanpa tertutup apapun. Saya melirik pangkal
pahanya, terlihat bulu-bulunya yang lebat. Saya
melanjutkan ciuman dan hisapan pada buah
dadanya. Kemudian turun ke arah perutnya dan
semakin ke bawah. Jilatan saya tidak langsung
saya tujukan ke pangkal kemaluannya,
melainkan berlanjut ke pahanya. Lalu ke lututnya
yang saya gigit perlahan. Nafas kita berdua
semakin memburu.
Sekarang ciuman saya diarahkan ke atas, ke arah
kemaluannya. Saya membuka pahanya, terlihat
bibir kemaluannya yang berwarna merah dan
terlihat basah. Dengan dua jari, saya membuka
bibir kemaluannya dan mencari-cari klitorisnya.
Setelah menemukan, klitorisnya saya tempatkan
di antara jari tangan saya dan lidah saya
diarahkan ke sana.
Ahh.., Terdengar teriakan tertahan Yenny saat
lidah saya menyentuh klitorisnya. Terasa asin
dengan bau harum yang sangat merangsang.
Cukup lama lidah saya bermain di sana, kadang
saya hisap pelan, kadang saya menjilat dengan
cepat. Dalam sekejap, carian di kemaluannya
bertambah banyak. Saya bisa melihat lubang
kewanitaannya yang sangat sempit, jilatan saya
kadang-kadang diarahkan ke sana.
Sementara itu jari tangan Yenny mengelus dan
membelai batang kemaluan saya yang sudah
keras dan berukuran 14 cm.
Guss.. masukkin yaa, pinta Yenny.
Saat itu otak saya masih jalan. Jangan Yen.. ingat
malam pengantin kita.., ok? jawab saya.
Dengan tatapan mata sayu, Yenny memohon,
Tolong Guss, saya nggak tahan lagi.. tolong
dong..
Saya merasa iba dan serba salah. Saya sudah
bertahan selama tiga tahun, masakah saya harus
menyerah hari ini?
Entah dari mana asalnya, tiba-tiba saya
memutuskan untuk jalan terus. Kakinya saya
buka dan saya mengarahkan torpedo saya ke
liang senggamanya. Terasa begitu sempit,
dengan sedikit memaksa.., akhirnya.., Aaahh..
Yenny berseru, Ahh.. sakit.. Gus..
Saat itu saya merasa sedikit heran karena
menembus perawan itu tidak susah, tidak seperti
yang diceritakan teman saya.
Pelan-pelan hujaman torpedo saya semakin
dalam. Rangkulan Yenny pada leher saya
semakin erat, terasa kukunya di kulit punggung
saya. Saya memulai gerakan memompa. Pelan
namun mesra. Jepitan otot kemaluannya sangat
terasa. Begitu nikmat, sensasi yang sulit
dilukiskan dengan kata-kata.
Saat itu lidah kita bertemu dan saling memelintir.
Goyangan saya dipercepat dan sekali-kali saya
mengganti goyangan keluar masuk dengan
goyang memutar. Eeennaakk Gus..
Terasa goyangan pinggul Yenny yang semakin
cepat, tiba-tiba dia berseru, saya datangg Guss..
Saya memperdalam hujaman torpedo saya
karena saya merasa bahwa saya juga hampir
ejakulasi.
Ahh.. tubuh Yenny mengejang, dalam beberapa
detik saya mengalami hal yang sama. Kita
ejakulasi pada waktu yang hampir sama.
Setelah itu kita berbaring dan ketika sudah
tenang, Yenny mengakui bahwa sebelumnya dia
sudah pernah melakukan hubungan seks.
Sewaktu dia kuliah di Australia, dia pernah
pacaran dan berhubungan seks, walaupun cuma
sekitar 10 kali.
Saat itu pikiran saya begitu kalap. Saya menjaga
dan menghargainya selama tiga tahun dan apa
yang saya dapatkan? Ampas dari orang lain?
Amarah saya begitu memuncak.
Yen, kenapa nggak berterus terang? Kenapa?
Tanpa terasa air mata saya mengalir. Di sebelah
Yenny dengan menangis terisak-isak meminta
maaf kepada saya. Saat itu saya cuma berdiam
diri dan berbaring menghadap ke arah lain. Saya
merasa dia begitu kotor. Saat itu saya sendiri
tidak berpikir betapa banyak cewek yang pernah
saya tiduri.
Paginya kita langsung balik ke Jakarta tanpa
banyak bicara. Di mobil, saya menceritakan
kondisi keuangan saya dan saya bilang bahwa
saya tidak sepadan dengannya. Saya tidak
mempunyai apa-apa lagi. Dan saya merasa
nggak bakalan bisa kawin dalam waktu tiga
empat tahun ke depan.
Dia cuma menangis. Setelah itu, Yenny balik ke
Medan dan kita tidak pernah berhubungan lagi.
Di bulan Juni 1999, perusahaan saya bangkrut
dan dengan sisa uang yang saya miliki, saya
mengikuti ujian TOEFL dan GMAT dan melamar
beasiswa ke Inggris.
Badai pasti berlalu, Seperti lirik lagu lama,
demikian juga nasib saya. Saya berhasil
mendapatkan beasiswa untuk mengambil MBA
di Inggris selama dua tahun. Walaupun tidak
mempunyai materi, setidaknya saya
mempunyai otak dan ilmu.
Di bulan September 1999, saat pulang ke Medan
untuk pamitan kepada orang tua saya, saya
bertemu Yenny. Saat itu dia sudah mendapatkan
cowok lain, yang walaupun lebih tua (umur 35
tahun), namun sangat matang dan memanjakan
dia. Saya sebenarnya masih mereka-reka, kita
putus karena dia merasa terhina dengan
perlakuan saya atau karena kondisi materi saya?
Di Inggris saya berpacaran dengan seorang
cewek dari Jakarta. Umur pacaran kita cuma tiga
bulan, saya merasa tidak cocok dalam
pembicaraan dan sifatnya.
Saat ini saya melakukan kerja praktek di
Amsterdam. Bulan lalu saya mendengar bahwa
Yenny sudah menikah. Dan saya begitu
menyesal. Apakah cinta bisa di nilai dengan
keperawanan atau harta benda? Saya sadar
sekarang (tetapi sudah terlambat), keperawanan
itu tiada artinya dibandingkan kecocokan, sifat,
dan kecantikan spiritual.
Yen, kalau kamu membaca cerita ini, saya mau
minta maaf. Saya begitu naif, bodoh, dan egois.
Seandainya saya bisa kembali ke masa lalu, saya
tidak akan mempersoalkan masalah
keperawanan itu dan akan mencintai kamu
dengan tulus. Saya cuma bisa mendoakan kamu
agar selalu berbahagia.
Di luar angin membawa daun terakhir jatuh ke
bumi membawa misteri alam dan percintaan
manusia bersamanya.
Tamat


Adult | GO HOME | Exit
1/787
U-ON

inc Powered by Xtgem.com